Mojokerto MMCNews.Id , – Seperti diketahui sebelumnya bahwa adanya dugaan ketidak jelasan penggunaan anggaran pembiayaan yang di bebankan murid SMAN 1 kutorejo Mojokerto mendapat tanggapan dari berbagai kalangan seperti halnya wali murid , perwakilan tiga orang dan sekurangnya 60 murid SMAN 1 mojokerto Jawa Timur melakukan aksi Unras dihalaman sekolahan SMAN 1. Kamis (08/04/2021)
Sekira pukul 10:00 Wib , meskipun dengan kondisi dibawah panas menyengat akibat terik matahari , anak anak generasi milenial yang merindukan kebenaran, keadilan dan tranparansi itu memasuki gerbang sekolahan SMAN 1 Kutorejo.
Bukan tanpa alasan, perlu diketahui tujuan mereka mendatangi pihak sekolahan dalam hal ini kepala sekolah adalah untuk mempertanyakan kebijakan yang dibuat serta regulasinya, mereka juga ingin kejelasan pihak sekolah terkait masalah aturan pembayaran yang di bebankan murid dalam hal ini wali murid, ada tiga item yang dibawa peserta Unras diantaranya :
1. Daftar ulang yang tidak sesuai kwitansi dan tidak ada edaran resmi dan rincian ;
2. SPP tiap bulan yang jauh lebih tinggi dibanding sekolah-sekolah favorit di Mojokerto.
3. Pengembalian rincian uang tabungan yang tidak jelas jumlah dan tanggalnya.
Dari hasil informasi yang dihimpun tim awak media yang sudah mengawal hampir seminggu. Polemik adanya indikasi ketidak wajaran atas aturan dan kebijakan sekolah berawal dari keluh kesah dan informasi wali murid dan murid itu sendiri, bahwa pihak sekolah diduga mengeluarkan aturan terkait pungutan liar SMAN 1 Kutorejo yang berindikasi dugaan adanya ketidak transparanan.
Dari salah satu wali murid yang ikut aksi tersebut menuturkan , sangat menyayangkan adanya tindakan seperti itu, bukanya memberi solusi yang terbaik , akan tetapi malah menggunakan perbuatan diluar pemikiran sebagai jiwa pendidik ,akan tetapi masih menggunakan pola lama dengan menggunakan aktor-aktor intelektual untuk menekan dan intimidasi.
Sementara itu , dari salah satu murid mengatakan, bahwa ada perkataan yang diduga bernada ancaman sempat terlontar akan melaporkan ke orang tua wali murid.
Disisi lain tidak heran dimasa pandemi Covid-19 ini mempengaruhi ekonomi orang tua siswa, sehingga anak anak milenial menunjukkan jati dirinya melakukan demo di sekolah. Pasalnya uang daftar ulang siswa 655 ribu tidak sesuai dengan rincian kwitansi yang diterima wali murid dan uang SPP 225 ribu per bulan.
Dari peristiwa ini, akhirnya terungkap kembali desas desus dugaan seksual yang pernah menjadi perbincangan di lingkungan sekolah. disebutkan Kepala Sekolah ini diduga ada afair yang bukan pasanganya (Predator seks).
Munculnya spekulasi adanya dugaan kasus yang diperbuat Kepsek tersebut Menurut sumber (Red), yang diterima awak media, bahwa kejadian dugaan kasus seksual yang dilakukan oleh kepala sekolah itu terjadi berulang kali dengan korban yang berbeda-beda. (Red/Tim). Bersambung.
Sumber : BP / RJ Editor : Didik Sap