Jakarta, – Xiaomi akhirnya angkat bicara setelah masuk ke dalam daftar hitam AS. Perusahaan itu membantah keras tudingan jika mereka bagian dari militer China.
“Perusahaan menegaskan jika tidak dimiliki, dikontrol atau terafiliasi dengan militer China dan bukan perusahaan militer komunitas China yang ditentukan dalam NDAA (National Defense Authorization Act for fiscal year 1999),” kata pihak Xiaomi dalam akun Twitter resminya, dikutip Minggu (17/1/2021).
Xiaomi juga memastikan akan mengambil langkah untuk melindungi kepentingan perusahaan serta pemilik saham.
Perusahaan juga menegaskan produk dan layanannya hanya untuk sipil dan kepentingan komersial. Selain itu salah satu raksasa teknologi China tersebut mengatakan telah mematuhi seluruh hukum dan patuh atas peraturan yuridiksi tempat Xiaomi menjalankan bisnisnya.
“Perusahaan telah mematuhi hukum dan beroperasi sesuai dengan aturan dan regulasi yuridiksi tempat perusahaan menjalankan bisnisnya. Perusahaan menegaskan produk dan layanannya untuk penggunaan sipil dan komersial,” kata Xiaomi.
Namun dalam keterangan tersebut tidak dituliskan langkah yang akan diambil menghadapi peraturan dari pemerintah Donald Trump tersebut.
Sebagai informasi, pemerintah AS ‘menjebloskan’ Xiaomi dan delapan perusahaan China lainnya dalam sebuah daftar hitam. Dampaknya, seluruh perusahaan akan kehilangan investasi dari Amerika Serikat serta Investor asal negara itu harus mencabut kepemilikan sahamnya.
Kebijakan itu berasal dari undang-undang 1999, Departemen Pertahanan AS harus menyusun daftar perusahaan yang dianggap dimiliki atau dikontrol oleh militer China. Untuk membuat aturannya makin superior, Trump telah menandatangani kebijakan tambahan yaitu larangan investasi AS pada seluruh perusahaan yang masuk dalam daftar hitam.
Kebijakan ini berbeda dengan yang dihadapi Huawei. Perusahaan itu masuk dalam entity list yang berarti tak bisa berbisnis secara bebas dengan perusahaan AS.
Diperlukan izin khusus dari Departemen Perdagangan AS jika ingin melakukan bisnis bersama. Dampaknya Huawei tak bisa berbisnis dan perangkatnya setelah Mei 2019 tak memiliki lisensi penggunaan Android.
Xiaomi tak akan mengalami hal tersebut untuk sekarang. Perusahaan masih dapat mengimpor teknologi dari Amerika Serikat tanpa perlu lisensi khusus.
Artikel ini sebelumnya telah tayang di CNBC Indonesia yang berjudul Trump Tuding Xiaomi Milik Militer China, Benarkah?